Nama: Risa Dwi Wiryanti Puspitarini
NIM : 5140211202
– Makam Kyai Mlayopati: yaitu sebuah bangunan berupa makam, disekelilingnya terdapat pelataran sederhana yang biasa dipakai untuk ziarah/nyepi oleh penduduk Kemalang dan sekitarnya.
– Sendang Kali Reno: yang berupa sendang/mata air yang mempunyai warna air yang berwarna-warni.
– Taman Ngajaran: sebuah taman yang terletak di bagian barat hutan Akasia dan sebelah utara pesanggrahan Pakubuwana X dan juga di sepanjang jalan menuju bukit Petung. Taman ini biasa digunakan untuk rekreasi dan camping.
– Taman Pring Cendani: scara alami lokasi ini merupakan hutan bambu yang tidak teratur, di dalamnya terdapat jalan setapak menuju ke puncak merapi. Satu potensi khusus dari taman ini yaitu dominan ditumbuhi satu vegetasi bambu-bambu pendek / pring Cendani.
– Gua Sapuangin: sebuah gua yang terletak di bawah bukit Pring Cendani yang memiliki kedalaman sekitar 8m.
Di Deles Indah juga terdapat CCTV Stasiun Pasar Bubar dan Deles yang berfungsi untuk mengawasi aktivitas gunung Merapi. Stasiun tersebut merupakan tempat yang didirikan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta (BPPTKG) Yogyakarta. (Sumber: id.wikipedia.org)
Mengunjungi candi-candi kecil itu serasa menikmati wisata yang ekslusif. Betapa tidak, saya adalah satu-satunya orang yang menunjungi candi itu. Saya tidak perlu berdesakan dengan pengunjung lain. Tidak ada gangguan pengasong. Candi Merak ini contohnya. Belum banyak orang yang mengetahui keberadaannya, sehingga saya bisa berbagi cerita, foto dan video di blog ini.
Pada bulan Agustus yang lalu, candi induk Merak ini sudah purna pugar. Saat ini kita sudah bisa menyaksikan sosok candi yang sebenarnya, hampir sama dengan ketika candi ini dibangun pada antara abad ke-9 dan ke-10 M. Meskipun kecil, namun candi Merak ini sungguh merak ati (menarik hati).
Lokasinya berada di punggung Merapi atau tepatnya di desa Karangnongko, kecamatan Karangnongko, Klaten. Pada saat Merapi erupsi pada tahun 2010, semua warga yang berada di sekitar kawasan candi ini harus dievakuasi karena masuk dalam ring I atau wilayah sangat berbahaya.
Candi Merak merupakan candi Hindu yang berdiri di atas lahan seluas 2000 meter persegi. Kompleks candi ini terdiri dari sebuah candi induk dan tiga candi perwara. Candi ini pertama kali ditemukan sekitar tahun 1925. Sebelumnya, candi ini terpendam di sebidang tanah kosong dengan pohon besar bernama pohon Joho yang tumbuh di atasnya.
Saat warga menggali tanah di sekitar pohon itu, cangkulnya membentur benda keras. Setelah digali lebih dalam, ternyata benda tersebut berupa bongkahan batu besar. Warga yang penasaran lalu menggali lebih dalam dan menemukan lebih banyak batu-batu andesit yang berelief.
Warga kemudian melaporkannya kepada pemerintah Belanda. Dalam penelitiannya, pemerintah Belanda menyimpulkan bahwa bongkahan-bongkahan batu itu merupakan bagian dari sebuah candi.
Berhubung di sekitar candi terdapat banyak sarang burung merak maka candi itu dinamakan candi Merak. Dusun yang melingkupi wilayah candi itu juga bernama dusun Merak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa candi Merak dibangun dalam kurun waktu antara abad ke-9 dan ke-10, pada era kerajaan Mataram kuno yang beragama Hindu. Candi Merak ini memiliki ciri-ciri khas yang menandai bahwa candi itu berlatar agama Hindu. Ciri-ciri itu adalah:
1. Lingga Yoni yang berada di dalam bilik candi utama. Lingga-Yoni adalah simbol alat penis (lingga) yang menyatu vagina (yoni). Ini adalah perlambang kesuburan.
2. Arca Ganesha di relung barat. Ganesha adalah makhluk manusia berkepala gajah yang dipercaya sebagai dewa ilmu pengetahuan.
3. Arca Durga yang menempati relung utara. Menurut kepercayaan umat Hindu, Durga adalah istri Siwa dan ibu dari dua anak yaitu dewa Ganesa dan dewa Kumara (Kartikeya). Ia kadangkala disebut Uma atau Parwati. Dewi Durga biasanya digambarkan sebagai seorang wanita cantik berkulit kuning. Ia memiliki banyak tangan dan memegang banyak tangan dengan posisi mudra, gerak tangan yang sakral yang biasanya dilakukan oleh para pendeta Hindu.
4. Patung Nandi atau sapi pada candi perwara. Nandiswara adalah wahana atau kendaraan dewa Shiwa. Dengan demikian diduga bahwa candi ini berlatar agama Hindi aliran Shiwa.
Di sekitar lokasi Candi Merak juga ditemukan beberapa situs peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Benda-benda tersebut diindikasikan sebagai peninggalan dari dua wangsa yang berkuasa di era Mataram Kuno, yaitu Wangsa Sanjaya yang beragama Budha Mahayana dan Wangsa Sailendra yang beragama Hindu aliran Siwa.
Situs-situs yang ditemukan tersebut antara lain: situs Gemampir, situs Kriyan, situs Jagalan, situs Bekelen, dan candi Karangnongko atau disebut Sumur Badung yang ditemukan pada tahun 1970-an. Situs-situs yang berada di kecamatan Karangnongko ini diduga sezaman dengan pembangunan Candi Prambanan. Berdasarkan penemuan kelima situs tersebut, para ahli menduga bahwa pada zaman dulu kecamatan Karangnongko merupakan kawasan kerajaan Mataram Kuno.
Sumber: http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/10/17/candi-merak-yang-merak-ati-404331.html
NIM : 5140211202
UMBUL
PONGGOK
Saat pertama kali mendengar nama umbul
ponggok, tak ada yang spesial. Nama umbul ponggok diambil dari bahasa jawa,
umbul yang artinya "sumber mata air." Sedangkan ponggok adalah sebuah
nama desa di Polanharjo dimana umbul terletak. Umbul ponggok terletak di daerah
Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Memang tidak
sepopuler mata air Cokro, tetapi dalam beberapa bulan terakhir ponggok sudah
berbenah dan kini semakin banyak wisatawan yang datang untuk membuktikan
keindahan umbul ponggok.
Dengan berbekal sumber mata air yang
mengalir deras dari perut bumi, maka tak sulit bagi umbul ponggok untuk menarik
para wisatawan lokal, regional, bahkan internasional. Umbul ponggok memiliki
bekal yang cukup untuk sebuah obyek wisata, misalnya kolam yang berukuran
luas dengan aneka macam ikan hias air tawar. Umbul ponggok seperti surga bagi
para perenang baik pemula maupun profesional. Untuk yang suka snorkling, umbul
ponggok menawarkan panorama bawah air yang sangat indah dan mengagumkan. Kita
akan membahas satu per satu keindahan obyek wisata umbul ponggok untuk anda semua.
Barangkali, bisa membuat anda tertarik untuk berkunjung ke sana.
Keindahan obyek wisata umbul ponggok di klaten memang sudah tersirat dan tersurat oleh setiap
pengunjung yang pernah berkunjung. Umbul ponggok memiliki beberapa kelebihan
yang membuat kita rugi jika tidak berkunjung ke sana. Umbul ponggok memiliki
kolam yang terbilang luas dan yang pasti kualitas airnya yang sangat terjamin.
Bagi anda yang ingin selfie di bawah air pun bukan lagi hal musatahil, karena
di sana ada persewaan kamera bawah air dan air yang sangat jernih sehingga
hasil jepretannya pun sangat jelas. Bisa untuk mendokumentasikan momen-momen
menyenangkan dan bersejarah bagi anda, kerabat, dan keluarga. Salah satu hal
yang membuat umbul ponggok semakin diminati adalah saat ini umbul ponggok sudah
memperbaik infrastruktur di sekitar kolam. Canopy, warung makan, tempat ganti
baju sudah didirikan karena semakin banyaknya pengunjung yang datang, apalagi
di saat akhir pekan.
Keindahan umbul ponggok klaten
belumlah membuat kita percaya begitu saja, sebelum kita melihat langsung. Dan
untuk anda yang masih ragu dengan keindahan umbul ponggok klaten, mari kita
simak keindahan dari umbul ponggok yang ada di polanharjo, Klaten.
Umbul ponggok memiliki beberapa
wahana yang memanjakan pengunjung yang datang ke sana. Di antaranya sebagai
berikut :
1. Kualitas air yang sangat bagus
Bagi warga ponggok dan sekitarnya,
air bersih bukanlah hal yang sulit untuk didapatkan. Pasalnya hampir di wilayah
polanharjo terdapat mata air yang mengalir deras, sehingga warga tak perlu lagi
mencari air bersih. Khusus umbul ponggok, sumber mata air yang ada di tengah kolam
mengalir begitu deras dan tidak pernah berhenti. Dengan kualitas air yang
jernih dan mengalir, tentu tidak berbahaya bagi kesehatan kulit para pengunjung
yang berenang di kolam.
2. Kolam yang luas
Wisata air sangat identik dengan
berenang dan snorkling. Bahkan saat ini selfie menjadi budaya dadakan yang
seakan mengajak setiap orang yang ke sana untuk berfoto di bawah air. Untuk
selfie di bawah air ini, kami sebut dengan "Underwater Selfie." Kolam
yang luas dengan kedalaman antara 1-3 meter membuat anda yang ingin berenang
bisa dengan bebas berenang kesana-kemari dan menyenangkan.
3. Panorama bawah air yang indah
Umbul ponggok memiliki
pemandangan/panorama bawah air yang sangat mempesona. Dengan berbagai jenis
ikan air tawar di dalamnya, membuat anda terasa damai dan bahagia. Inilah surga
yang diberikan oleh Tuhan YME di umbul ponggok. Dasar kolam yang berpasir
membuat kesan "alami" semakin nyata di umbul ponggok. Didukung dengan
bebatuan besar dan kecil yang ada di setiap jengkal di dasar umbul ponggok.
4. Snorkling? Why Not
Saat berkunjung ke sana, ada banyak
orang yang membawa peralatan snorkling yang juga berkunjung ke umbul ponggok.
Umbul ponggok memang memiliki keindahan pemandangan bawah air yang tak kalah
dengan karimun jawa atau wisata snorkling di daerah lain. Dasar kolam umbul
ponggok yang berpasir/ladu dan aneka jenis ikan membuat anda yang suka
snorkling menjadi terhipnotis dengannya.
5. Sarana yang lengkap
Di awal sebelum banyak pengunjung
datang, umbul ponggok masih sangat sederhana. Hanya ada 4 kamar ganti baju
untuk pengunjung. Juga hanya ada beberapa warung yang menawarkan kehangatan
setelah berenang. Namun saat ini umbul ponggok sudah berbenah dan melengkapi
infrastruktur di sekitar obyek wisata. Kamar ganti ditambah, warung makan dirapikan,
dan tentunya persewaan alat-alat renang yang semakin lengkap. Kamera antiair,
pelampung, alat-alat diving sudah tersedia di sana. Jadi anda tak perlu lagi
membawanya dari rumah.
6. Akses yang mudah dijangkau
Lokasi obyek wisata umbul ponggok
terletak di pinggir jalan raya yang sudah beraspal halus. Jika anda datang dari
Jogja/selatan anda tinggal melewati jatinom lurus ke utara. Jika anda dari arah
utara, anda bisa melewati delanggu ke arah barat. Jalannnya pun sudah sangat
halus dan bisa dilewati oleh kendaraan roda dua maupun roda 4. Dilengkapi juga
dengan lahan parkir dan keamanan sehingga kendaraan anda aman.
7. Harga yang sangat terjangkau
Untuk masuk ke umbul ponggok,
HTM/tiket masuk hanya Rp5000,-. Ini tentu sangat terjangkau untuk kelas obyek
wisata air di kelasnya. Dengan uang 5000 anda sudah bisa berenang sepuasnya dan
menikmati pemandangan bawah air yang tak terlupakan. Sangat cocok untuk liburan
bersama pacar, keluarga dan teman-teman anda.
DELES INDAH
Para penelusur pasti suka bila berwisata alam,
karena kita bisa melepas penat sehabis beraktifitas seharian. Apalagi kumpul
bareng keluarga, pasti rasanya mengasikan. Untuk itu silahkan cobain untuk
berwisata di Deles Indah ini. Wisata alam ini merupakan bagian dari lereng
gunung Merapi, yang terletak di kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah.
Para Penelusur yang kesini pasti ga akan kecewa,
karena Deles Indah mempunyai potensi spesifik suasana pemandangan alam
pegunungan. Dari obyek wisata deles dapat dilihat pemandangan puncak Merapi
dengan nyata, pemandangan kota Klaten yang dihiasi dengan cerobong Perusahaan
Gula gondang Baru & perusahaan Ceper Baru, Rowo Jombor dan jajaran Gunung
Kapur menjadi panorama yang indah. Para Penelusur tau ga, ternyata nih
ketinggian Deles Indah antara 800 m – 1300 m diatas permukaan laut, cukup
tinggi juga kan?.
Para Penelusur tau sejarah dari Deles Indah ini?
usut punya usut ternyata Deles Indah terdapat kawasan yang luas dengan
pemandangan alam yang sejuk khas pegungunan dan terdapat berbagai
peningalan-peninggalan sejarah dan tempat-tempat rekreasi khusus. Di antaranya
adalah:
– Bekas pasanggrahan Pakubuwana X: tempat ini berupa bangunan pesanggrahan
yang dipakai untuk bertapa/bersemedi oleh Sunan Pakubuwana X pada sekitar tahun
1938.– Makam Kyai Mlayopati: yaitu sebuah bangunan berupa makam, disekelilingnya terdapat pelataran sederhana yang biasa dipakai untuk ziarah/nyepi oleh penduduk Kemalang dan sekitarnya.
– Sendang Kali Reno: yang berupa sendang/mata air yang mempunyai warna air yang berwarna-warni.
– Taman Ngajaran: sebuah taman yang terletak di bagian barat hutan Akasia dan sebelah utara pesanggrahan Pakubuwana X dan juga di sepanjang jalan menuju bukit Petung. Taman ini biasa digunakan untuk rekreasi dan camping.
– Taman Pring Cendani: scara alami lokasi ini merupakan hutan bambu yang tidak teratur, di dalamnya terdapat jalan setapak menuju ke puncak merapi. Satu potensi khusus dari taman ini yaitu dominan ditumbuhi satu vegetasi bambu-bambu pendek / pring Cendani.
– Gua Sapuangin: sebuah gua yang terletak di bawah bukit Pring Cendani yang memiliki kedalaman sekitar 8m.
Di Deles Indah juga terdapat CCTV Stasiun Pasar Bubar dan Deles yang berfungsi untuk mengawasi aktivitas gunung Merapi. Stasiun tersebut merupakan tempat yang didirikan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta (BPPTKG) Yogyakarta. (Sumber: id.wikipedia.org)
Para Penelusur yang ingin kesini ga usah khawatir
dengan harga tiketnya, karena hargany sangat terjangkau yaitu cuma Rp 2.000
saja. Murah meriah kan? Ongkos parkir juga cuma Rp 2.000 saja (harga
sewaktu-waktu berubah).
CANDI
MERAK
Mengunjungi candi-candi kecil itu serasa menikmati wisata yang ekslusif. Betapa tidak, saya adalah satu-satunya orang yang menunjungi candi itu. Saya tidak perlu berdesakan dengan pengunjung lain. Tidak ada gangguan pengasong. Candi Merak ini contohnya. Belum banyak orang yang mengetahui keberadaannya, sehingga saya bisa berbagi cerita, foto dan video di blog ini.
Pada bulan Agustus yang lalu, candi induk Merak ini sudah purna pugar. Saat ini kita sudah bisa menyaksikan sosok candi yang sebenarnya, hampir sama dengan ketika candi ini dibangun pada antara abad ke-9 dan ke-10 M. Meskipun kecil, namun candi Merak ini sungguh merak ati (menarik hati).
Lokasinya berada di punggung Merapi atau tepatnya di desa Karangnongko, kecamatan Karangnongko, Klaten. Pada saat Merapi erupsi pada tahun 2010, semua warga yang berada di sekitar kawasan candi ini harus dievakuasi karena masuk dalam ring I atau wilayah sangat berbahaya.
Candi Merak merupakan candi Hindu yang berdiri di atas lahan seluas 2000 meter persegi. Kompleks candi ini terdiri dari sebuah candi induk dan tiga candi perwara. Candi ini pertama kali ditemukan sekitar tahun 1925. Sebelumnya, candi ini terpendam di sebidang tanah kosong dengan pohon besar bernama pohon Joho yang tumbuh di atasnya.
Saat warga menggali tanah di sekitar pohon itu, cangkulnya membentur benda keras. Setelah digali lebih dalam, ternyata benda tersebut berupa bongkahan batu besar. Warga yang penasaran lalu menggali lebih dalam dan menemukan lebih banyak batu-batu andesit yang berelief.
Warga kemudian melaporkannya kepada pemerintah Belanda. Dalam penelitiannya, pemerintah Belanda menyimpulkan bahwa bongkahan-bongkahan batu itu merupakan bagian dari sebuah candi.
Berhubung di sekitar candi terdapat banyak sarang burung merak maka candi itu dinamakan candi Merak. Dusun yang melingkupi wilayah candi itu juga bernama dusun Merak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa candi Merak dibangun dalam kurun waktu antara abad ke-9 dan ke-10, pada era kerajaan Mataram kuno yang beragama Hindu. Candi Merak ini memiliki ciri-ciri khas yang menandai bahwa candi itu berlatar agama Hindu. Ciri-ciri itu adalah:
1. Lingga Yoni yang berada di dalam bilik candi utama. Lingga-Yoni adalah simbol alat penis (lingga) yang menyatu vagina (yoni). Ini adalah perlambang kesuburan.
2. Arca Ganesha di relung barat. Ganesha adalah makhluk manusia berkepala gajah yang dipercaya sebagai dewa ilmu pengetahuan.
3. Arca Durga yang menempati relung utara. Menurut kepercayaan umat Hindu, Durga adalah istri Siwa dan ibu dari dua anak yaitu dewa Ganesa dan dewa Kumara (Kartikeya). Ia kadangkala disebut Uma atau Parwati. Dewi Durga biasanya digambarkan sebagai seorang wanita cantik berkulit kuning. Ia memiliki banyak tangan dan memegang banyak tangan dengan posisi mudra, gerak tangan yang sakral yang biasanya dilakukan oleh para pendeta Hindu.
4. Patung Nandi atau sapi pada candi perwara. Nandiswara adalah wahana atau kendaraan dewa Shiwa. Dengan demikian diduga bahwa candi ini berlatar agama Hindi aliran Shiwa.
Di sekitar lokasi Candi Merak juga ditemukan beberapa situs peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Benda-benda tersebut diindikasikan sebagai peninggalan dari dua wangsa yang berkuasa di era Mataram Kuno, yaitu Wangsa Sanjaya yang beragama Budha Mahayana dan Wangsa Sailendra yang beragama Hindu aliran Siwa.
Situs-situs yang ditemukan tersebut antara lain: situs Gemampir, situs Kriyan, situs Jagalan, situs Bekelen, dan candi Karangnongko atau disebut Sumur Badung yang ditemukan pada tahun 1970-an. Situs-situs yang berada di kecamatan Karangnongko ini diduga sezaman dengan pembangunan Candi Prambanan. Berdasarkan penemuan kelima situs tersebut, para ahli menduga bahwa pada zaman dulu kecamatan Karangnongko merupakan kawasan kerajaan Mataram Kuno.
Sumber: http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/10/17/candi-merak-yang-merak-ati-404331.html
MUSEUM GULA GONDANG
Museum
Gula Jawa Tengah terletak di Gondangwinangun, kecamatan Jogonalan, kabupaten
Klaten, yang berbatasan dengan Propinsi
Jogjakarta di sebelah barat dan Surakarta
di sebelah timur. Bagi kebanyakan orang, museum layaknya seperti tempat rosokan
(barang bekas) yang tidak lagi berfungsi dan tidak perlu banyak dilihat. Maka tak
heran kalau museum merupakan tempat “wisata” terakhir yang menjadi alternatif
terakhir oleh kabanyakan masyarakat. Dan tak mengagetkan juga, kalau
museum-museum di Jawa Tengah lebih sepi pengunjung dari pada Mall dan Pantai.
Melihat kondisi tersebut, mencoba kembali menghidupkan museum sebagai tempat
yang sarat akan ilmu dan sejarah tentang bagaimana melihat masa lalu melalui
barang-barang yang ada di museum. Setelah berpetualang di Museum Jawa
Tengah Ronggowarsito Semarang dan Museum
Kereta Api di Ambarawa, coba menengok sejenak museum lain yang
bernama Museum Gula Jawa Tengah Gondangwinangun.
Lebih
singkatnya sebut saja dengan Museum Gula. Museum Gula didirikan sudah sejak
lama, sejarah mencatat bahwa museum ini dibuat pada sekitar tahun 1982.
Keberadaan museum gula tidak banyak yang tau, bisa karena promosi yang kurang
banyak atau informasi profil musuem gula dari birokrasi Kabupaten Klaten yang
kurang intens. Letak Museum Gula sangat mudah dijangkau, berada di daerah
Gondangwinangun Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Lebih
mudahnya museum gula ini terlerak di jalan Jogja- Solo bersebelahan dengan
Pabrik Gula Gondang Baru (saat ini). Dulu pabrik gula tersebut berdiri sendiri
berjuang besama-sama dengan pabrik-pabrik gula yang ada diselatan jawa, seperti
pabrik Gula Ceper, Klaten (karena efisisensi digabungkan menjadi satu manajemen
dengan Pabrik Gula Godang), Pabrik Gula Colomadu dan Tasikmadu di Karangayar,
Pabrik Gula Madukismo yang ada di Jogja.
Pabrik
gula yang ada disepanjang Pulau Jawa memang berfungsi sebagai tempat pemrosesan
tebu dari perkebunan-perkebunan petani di era cultuur stelsel pemerintah
Hindia Belanda. Sebelum jalur kereta diperkenalkan, maka pengangkutan tebu dari
perkebunan sistem cultuur stelsel menuju pabrik lebih lama karena mengunakan
moda transportasi sederhana yang disebut dengan delman sapi. Ketika pada tahun
1800-an diperkenalkanlah sistem transportasi kereta maka lebih mudah
pengangkutan tebu menuju pabrik gula. Di Kabupaten Klaten sendiri, hingga tahun
2000 masih ada sisa rel pengangkut tebu yang tersebar disepanjang daerah.
Walaupun kereta mini pengangkut tebu (montit orang jawa
menyebutnya) pada akhirnya harus ditinggalkan karena beban biaya tinggi dan
digantikan oleh truk yang lebih cepat. Namun montit masih digunakan
hingga tahun-tahun terakhir pabrik gula gondang beroperasi. Sekarang masih
beroperasi hanya pada musim-musim panen tebu saja.
Kembali
ke Museum Gula Jawa Tengah, untuk biaya tiket masuk museum @satu orang
dikenakan Rp. 5.000,- . Letaknya hanya sekitar 10 km ke arah timur dari ujung Candi
Prambanan (perbatasan Klaten – Jogja) atau perjalanan 10 menitan.
Museum Gula Jawa Tengah terletak di sebelah kiri jalan bersebelahan dengan
Pabrik Gula Gondang Baru, Green Park dan Argowisata serta rest area
Gondangwinangun. Kalau dari kota Klaten hanya berjarak sekitar 8 km (7 menit
perjalanan) ke arah barat. Museum Gula ini mudah ditemukan, jadi tidak usah
ragu ketika ingin berpergian ke museum.
Didalam
museum dipamerkan peta perkebunan gula yang ada diseluruh Jawa Tengah,
termasuk semua pabrik gula yang masih beroperasi maupun tidak beroperasi.
Diperkenalkan juga cara menaman tebu serta proses pemanenan di sawah, banyak
foto-foto menjadi informasi yang berharga tentang perkebunan gula jaman dulu,
keadaaan gedung pabrik ketika masa awal didirikan. Selain itu di museum gula
Jawa Tengah juga dipamerkan beberapa alat sederhana yang berfungsi untuk
bercocok tanam tebu hingga alat untuk memanen seperti cangkul, sabit, dan
lain-lain. Termasuk jenis-jenis tebu yang ada di perkebunan di jawa tengah dari
kualitas biasa hingga super. Tak lupa hama seperti macam-macam tikus yang
mengganggu tanaman tebu, beberapa jenis tanaman yang menjadi gulma penganggu
tanaman juga disajikan di Museum Gula Jawa Tengah.
Ruangan
selanjutnya dipamerkan beberapa teknologi mesin sederhana yang berfungsi untuk
menakar kualitas gula, menimbang berat tebu. Teknologi pemupukan tanaman tebu
sederhana, dan mesin untuk perkebunan dan penyiraman. Teknologi lain yang ada
di Museum Gula seperti alat pengukur kekerasan tebu, polarimeter, puteran mini,
lampu sorot pabrik gula, timbangan baskul, timbangan gula, dan beberapa
teknologi pabrikasi tebu hingga menjadi gula. Dalam ruang lain juga disertakan
ruangan operasional kantor petugas pengolahan tebu dari alat perkantoran
seperti mesin ketik tempo dulu, kalkulator lama, serta telepon kuno yang
dipakai di jaman pemerintahan Hindia Belanda hingga orang-orang yang telah
berjasa dalam perkebunan gula terutama pabrik gula. Peralatan ini hampir-hampir
mirip dengan alat yang dipamerkan di Museum
Kereta Api Ambarawa.
Dibagian
luar Museum Gula Gondang Baru Klaten diperkenalkan teknologi sangat sederhana
berupa pengilingan tebu dari kayu menggunakan tenaga hewan (sapi). Hal ini
sangat unik, mengingat sebelum teknologi mesin giling tebu ada di Jawa ternyata
masyarakat sudah memiliki teknologi sederhana pembuatan gula. Lokomotif kereta
mini pengangkut tebu (montit) menjadi daya tarik tersendiri bagi para
pengunjung, karena bisa digunakan untuk berfoto sebagai latar belakang. Montit
ini tidak menggunakan bahan bakar cair, namun menggunakan bahan bakar kayu,
sewaktu kecil pernah melihat montit ini mengangkut tebu dari perkebunan-perkebunan
yang ada di Klaten.
Dengan
lokomotif kecil menarik gerbong-gerbong terbuka yang berisi tebu-tebu dengan
suara deru mesin lokomotif yang sepertinya bersiul layaknya kereta api jaman
sekarang dengan asap tebal yang menjulang ke atas. Tak heran jika terlalu lama
dibelakang, maka bisa terkena kepulan asap hitam dari cerobong montit.
Namun sayang memang tidak diberikan informasi yang jelas tentang jenis
lokomotif tersebut termasuk siapa pembuatnya apakah dari NIS (Nederlandsche
Indische Spoorweg Maatschappij ) atau SS (Staatsspoorwegen). Di
Museum Gula Jateng juga ada teknologi pengilingan tebu yang pada era sekarang
dipergunakan, mengunakan mesin-mesin yang sangat besar dan bisa menghasilkan
air gula yang banyak dalam waktu singkat. Bercampur jadi satu alat transportasi
pengangkutan tebu dari perkebunan hingga pabrik seperti pedati sapi dan kereta
api seolah ingin membandingkan tentang teknologi yang dipakai di era kuno dan
teknologi jaman modern sekarang.
Bagi
Petualang yang belum merasa cukup bisa berjalan-jalan ke tempat menarik di
sekitarnya seperti kopi restauran, kolam renang yang ada di agrowisata dan
greenpark. Yang manarik adalah wahana naik kereta mini (montit) wisata
memutari kawasan pabrik gula Gondang baru hanya dengan biaya sebesar Rp.
7.500,- sekali naik. Pembelian tiket ada di Green Park. Manarik bukan,
mengunjungi museum dengan semua pengalaman sejarah kemudian bersantai di
gazebo-gazebo rest area lalu berjalan-jalan memutari pabrik gula dengan
teknologi jaman dulu (montit).
0 komentar:
Posting Komentar